and
Meraih Kebahagiaan Hidup dengan Dhuha
Untuk mencukupi kebutuhan hidup, banyak di
antara kita yang ingin mencari rezeki dengan
cara bekerja siang dan malam. Waktu 24 jam
dalam sehari atau tujuh hari dalam seminggu
seolah masih kurang.Tak heran banyak di
antara kita yang selalu mengeluh karena
merasa kurang penghasilan. Akibatnya, kita
merasa tidak tenang dan hidup tidak bahagia.
Judul : The Power of Dhuha: Berdhuhalah, Maka Hidupmu Akan Bahagia
Pengarang : Muhammad Saifullah al-Maslul
Penerbit : Media Lintas Aksara
Cetakan : Juli 2010
Tebal halaman : 153 halaman
Pada situasi seperti ini sering kali kita
terjebak dalam kondisi yang terkadang memaksa kita untuk melakukan hal-hal yang
tidak dibenarkan dalam agama seperti korupsi, penipuan, kecurangan, serta cara-cara
haram lainnya. Dalam konteks inilah, Muhammad Saifullah al Maslul memberikan
pencerahan kepada kita dengan menegaskan pentingnya Shalat Dhuha dalam buku yang
berjudul The Power of Dhuha: Berdhuhalah, Maka Hidupmu akan Bahagia.
Masulul menulis bahwa untuk mencapai keberkahan dalam rezeki, Rasululllah
SAW memberikan formula dalam berbagai sabdanya agar segala kebutuhan kita
tercukupi. Satu di antara hadits tersebut berbunyi: ”Allah SWT, berfirman, ”Wahai anak
Adam, jangan sekali-sekali engkau malas melakukan shalat empat rakaat pada pagi hari,
yaitu shalat Dhuha, niscaya nanti akan Kucukupi kebutuhanmu hingga sore harinya
(H.R. Hakim dan Tabrani).
Hadits tersebut memberikan petunjuk sekaligus penegasan bahwa jika kita ingin
memperoleh keberkahan rezeki dan tercukupi kebutuhan kita maka Shalat Dhuha adalah
resepnya. Karena dengan shalat Dhuha kita akan selalu yakin bahwa ada Sang Maha
Pencipta, Dzat Yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang selalu menemani kita dalam menjalani kehidupan sehari-hari, termasuk mencari rezeki. Dengan adanya keyakinan
semacam ini, maka kita akan selalu bersyukur sehingga hidup kita akan tenang dan
kebahagiaan hidup akan mudah diraih.
Lebih dari itu, kekuatan shalat Dhuha adalah mampu menangkal api neraka.
Sebagaimana hadits yang diriwayatkan Baihaqi yang berbunyi: ”Barang siapa
melakukan shalat Fajar, kemudian ia tetap duduk di tempat shalatnya sambil berdzikir
hingga matahari terbit, dan kemudian ia melaksanakan shalat Dhuha sebanyak dua
rakaat, niscaya Allah SWT, akan mengharamkan api neraka untuk menyentuh atau
membakar tubuhnya,” (HR. Baihaqi).
Hadits tersebut menunjukkan betapa penting dan istimewanya shalat Dhuha
sehingga ditautkan dengan shalat wajib (shubuh). Artinya, secara redaksional, hadits
terebut mengisyaratkan adanya kesinambungan antara shalat sunnah dan wajib. Jika kita
selesai dengan shalat wajib, kemudian menambah dengan shalat sunnah (Dhuha), maka
jaminan terbebas dari neraka itu telah kita dapatkan.
Sejalan dengan hal itu, keistimewaan shalat Dhuha digambarkan Rasullah SAW
dalam haditsnya yang berbunyi: ”Di dalam surga terdapat pintu yang bernama Bab AdhDhuha (Pintu Dhuha). Dan, pada hari kiamat nanti, ada yang akan memanggil. Di mana
orang yang senantiasa mengerjakan Shalat Dhuha? Ini pintu kamu, masuklah dengan
kasih sayang Allah.” (HR. Tabrani).
Jaminan yang diberikan kepada orang-orang yang gemar melakukan shalat
Dhuha sebagaimana yang diulas Maslul melalui hadits-hadist nabi di atas adalah
kelebihan lain dari shalat dhuha. Inilah yang menjadikan buku ini berbeda dengan bukubuku sejenisnya. Maslul tidak hanya mengupas kekuatan shalat Dhuha yang selama ini
dipersepsi orang hanya berhubungan dengan kemudahan rezeki saja, tetapi juga
menjelaskan dengan rinci keutamaan-keutamaan shalat Dhuha lainnya.
Begitu pentingnya shalat Dhuha, sehingga Abu Hurairah r.a. tak berani
sekalipun meninggalkannya. ”Kekasihku, Rasulullullah shallallahu ’alaihi wa sallam,
memberi wasiat kepadaku dengan tiga hal yang tidak pernah kutinggalkan hingga
meninggal dunia, yaitu puasa tiga hari dalam sebulan, dua rakaat shalat Dhuha, dan
hanya tidur setelah melakukan shalat Witir.” (HR. Bukhari dan Muslim). Inilah salah satu hadits yang menunjukkan betapa pentingnya shalat Dhuha
dalam kehidupan seorang muslim. Sahabat sekaliber Abu Hurairah pun tak berani
meninggalkannya hingga ajal menjemput.
Tentu jika punya niat, sebenarnya tidak sulit bagi kita untuk melaksanakan
shalat Dhuha. Kita hanya butuh waktu kurang lebih 15 menit untuk shalat dhuha
(termasuk wudhu) untuk menyela kesibukan pekerjaan kita yang rata-rata membutuhkan
waktu delapan hingga sepuluh jam sehari. Jika hal itu bisa dilakukan, niscaya hidup kita
akan selalu tenang, bahagia, dan tentu saja rezeki akan tercukupi sebagaimana janji
Allah SWT yang tertulis dalam hadits-hadits nabi Muhammad SAW.
Kendati buku ini tidak setebal buku-buku sejenisnya, namun bisa dibilang buku
ini sangat komplit. Selain mengupas kebahagiaan hidup yang ditimbulkan setelah
melakukan shalat dhuha secara istiqamah, buku ini juga mengelaborasi kebahagiaan
hidup dari aspek psikologi.
No comments:
Post a Comment