http://pejuangikhlas.wordpress.com/2009/06/03/case-4-sharingberbagi-atau-riya/
http://pejuangikhlas.wordpress.com/2009/06/03/case-4-sharingberbagi-atau-riya/
===
Sebut saja, Rio, seorang manager salah satu super store. Ia merasa berkah yang ia dapat selama ini salah satu sebabnya adalah sabab ia mendawamkan (baca: merajinkan) membaca surah al Waaqi’ahsaban habis shubuh dan ashar. Juga sebab dhuhanya. Ia jaga Waaqi’ah dan dhuhanya ini menjadipakaiannya sedari ia menjadi santri. Ia belah Surah al Waaqi’ah di 8 rakaat dhuha.
Ya, Surah al Waaqi’ah sepanjang 96 ayat, ia bagi dalam 8 rakaat shalat dhuha. Ia baca di dalam shalat dhuha.Bukan di luar shalat. Kecuali ba’da ashar.
“Waaqi’ah itu kelihatannya panjang. Tapi sesungguhnya jika ia dibaca dalam speed yang agak
dipercepat dikit, namun tidak terlampau cepat, ia hanya menghabiskan kurang dari 5 menit sahaja,”begitu kata Rio dalam satu kesempatan menjelaskan bila al Waaqi’ah dibaca di luar shalat.
Wajar bila Rio merasa berkah benar. Dia memiliki istri anak saudagar. Anak-anaknya saleh-salehah.Jilbab melekat di kepala anak-anak gadisnya yang belum lagi menginjak remaja. Anak laki-lakinyamudah benar diajak ke masjid. Semuanya penurut. Dia pun dikarunia pekerjaan yangmenentramkan, dan istrinya mengelola usaha mandiri untuk menopang ekonomi keluarganya.
Seminggu bisa 2-3x keluarga ini masih bisa menyempatkan mengaji ke berbagai pengajian yang ia jelajahi di Jakarta dan sekitarnya. 2 kendaraan yang siap mengantar Rio dan istrinya, disediakan Allah dengan cara-cara-Nya yang amazing. Bukan sabab ngumpulin uang, dan bukan pula sebab kredit. “Mobil istri saya, dari mertua,” cerita Rio sambil terkekeh kecil. “Sedang mobil saya, hasil dari sedikit saya sekolah di luar negeri. Menghemat pengeluaran dari anggaran beasiswa”.
Waw, trnyata Rio pun alumni dari perguruan tinggi di luar negeri…
***
Satu hari dia mengikuti ceramah. Dan pasca ceramah inilah didapat kisah hebat ini. Kisah yang mestinya menginspirasi banyak orang andai Rio ini mau berbagi. Atas nama menjaga kesucian amal, akhirnya banyak orang-orang yang mestinya terinsipirasi, akhirnya malahan tidak tahu. Istilahnya, banyak yang bisa diajak ke surga, tapi akhirnya berangkat ke surga sendirian.
Ya, cerita ini didapat ketika memang Rio mendapati ustadznya di satu pengajian bercerita tentang keutamaan Waaqi’ah. Dan ia pun tahu keutamaan amal lain yang disukai ustadznya ini bila berceramah; Keutamaan Baca al Qur’an, Dhuha, Sedekah, dan Shalat Malam. Makanya kemudian cerita yang terpendam sekian lama ini akhirnya dia share. Sangat jarang dia share kisahnya ini.
“Benar kata Ustadz”, begitu dia berkata ketika mendekat ke ustadznya ini.
“Benar bagaimana?”
“Tadi, cerita tentang seorang santri yang menjaga Waaqi’ahnya sehabis shubuh, lalu mengantarkan santri itu mendapatkan beasiswa studi S1 ke Kairo”.
Di pengajian, Rio mendengar ustadz yang dipanggilnya ini bertutur tentang kehebatan di balik
amalan-amalan sunnah. Tanpa sengaja, ustadznya ini tiba-tiba mencontohkan seorang santri yang biasa mengaji Surah al Waaqi’ah.
Surah al Waaqi’ah ini, berisi kurang lebih 1700-an huruf. “Katakanlah 1700 huruf,” begitu Rio mendengar Ustadznya ini bercerita.
“Satu huruf, biharfi amtsaalihaa. Satu huruf dibalas 10x lipat. La aquulu alif laam miim, harfun. Tidak kusebut, sabda Rasul, alif laam miim itu satu huruf. Melainkan alif harfun laam harfun, dan miim harfun. Alif laam miim, 3 huruf. 3 huruf dikali 10 kebaikan, maka ia mengandung 10 kebaikan. Jika si santri tersebut membaca surah al Waaqi’ah saban hari sekali, maka setiap hari ia mengantongi 1700 huruf x 10 kebaikan; 17rb kebaikan. Dikali 30-31 hari dalam sebulan, dikali 12 bulan dalam setahun, dikali 6 tahun dia menjadi santri; Tsanawiyah ‘Aaliyah (SMP/SMU). Jumlah totalnya: 37.230.000,-“.
Saat itu Rio tersenyum. “Ustadz ini koq matematis sekali,” gitu katanya. “Masa pake dihitung segala “berapa yang didapat” ini santri ketika dia membiasakan membaca al Waaqi’ah selama 6 tahun”.
Sampe sini ada pembaca barangkali yang merasa ustadznya yang dimaksud di atas adalah saya.
Yusuf Mansur. Saya hanya menjawab, “Iya kali”. Untuk menjaga “kerahasiaan amal”, he he he.
Tapi Rio mulai tersentak, ketika Ustadz ini melanjutkan:
“Bagaimana kira-kira Surah al Waaqi’ah mengantarkan santri tersebut menembus Kairo? Begini.
Perhitungan 37.230.000 itu adalah reward kalau seseorang baca al Qur’an tanpa mengerti
maknanya, baca terbata-bata, ga paham tajwidnya. Beda dengan seorang santri. Karena ia santri,
insya Allah ia paham maknanya, lancar bacanya, dan mengerti hukum-hukum bacaannya. Maka,
balasannya: ilaa sab’i mi-ati dhi’fin; sampe 700x lipat. Jadi, perhitungan score rewardnya bukan
bilangan pengali 10. Bukan 1700x10x365x6. Tapi 1700x700x365x6, atau menjadi 2.606.100.000,-
(dua milyar enam ratus enam juta seratus ribu rupiah).
Sebagaimana kita maen game, maka reward itu bisa ditukar dengan apa saja yang kita butuhkan, yang kita perlukan. Di dunia ini. Dan Allah lah nanti yang memakaikan, yang memantaskan. Dari rangkaian reward itu ada yang ditukar dengan kesehatan, kepanjangan umur, kesalehan itu santri, terjaganya santri dari bala bencana, hingga ke orang-orang sekitar santri itu sendiri; untuk orang tuanya, untuk saudara-saudaranya, untuk istri di masa depannya. Untuk anak keturunannya di masa depannya. Dan sebagainya. Maka, jika dilihat dari amalan Surah al Waaqi’ah saja, menjadi sangat masuk akal dan logis bila saya menyebut wajar sekali bila santri tersebut bisa nembus Kairo dan mendapatkan sejumlah keberkahan”.
Begitu si ustadz itu menjelaskan kepada jamaah yang di antaranya Rio duduk di tengah-tengahnya.
“Dan itu belum dihitung dari amal-amal lain…”.
Rio tersentak. Selama ini dia ga menghitung-hitung. Ngapain juga dihitung-hitung. Percayakan saja sama Allah, demikian dia berprinsip selama ini. Tapi kini dia sangat tertarik. Betul-betul sangat tertarik.
Rio tersenyum akan kebaikan Allah memberinya hidayah dan taufiq, hingga diringankan membaca Surah al Waaqi’ah dan menjaganya hingga kini.
Rio bercerita, bahwa dirinya membacanya bahkan 2x dalam sehari. Bersama kawan-kawan
sekamarnya saat ia menjadi santri. Dan ia mengakui, bahwa kawan-kawannya semua mendapatkan
keanehan (baca: keajaiban). Termasuk jalan cerita studi beasiswa ke luar negeri. Kawan-kawannya sekamar ini rata-rata mendapatkan beasiswa studi overseas. Tidak selalu jalur kedutaan, jalur beasiswa biasa. Cerita-cerita ajaib terjadi.
“Mudah-mudahan saya tidak riya nih Ustadz, ketika bercerita ini…”.
Itulah, kemudian cerita tentang keberkahan hidupnya Rio, terungkap. Dia mengaminkan fadhilah al Waaqi’ah, dhuha, dan sebagainya.
“Apalagi kalau Rio berkenan men-sharenya ke orang yang lebih banyak lagi. Tulis pengalaman Rio tersebut di koran-koran, di blog, di milis, di facebook, di twitter, di internet. Di mana sajalah.
Sampaikan di setiap kesempatan. Di forum-forum. Di pertemuan-pertemuan. Bahkan, menyengaja saja mendatangi adik-adik kelas di pesantren dulu, dan sampaikan kabar gembira ini, bahwa di balik sunnah yang dilakukan Mas Rio, ada kejayaan, ada kesaksesan, ada jalan-jalan kemuliaan yang sekarang ini Mas Rio rasakan. Jangan sendirian. Jangan menikmati kehebatan amal ini sendirian. Buat sebanyak-banyaknya orang untuk ikut tergerak dan menggerakkan
dirinya dan diri orang lain membaca al Waaqi’ah dan sunnnah-sunnah lainnya. Supaya banyak
juga orang yang merasakan keutamaannya kelak di hari-hari ke depan ketika Allah mengizinkan
seseorang memetik buahnya”.
Ustadz ini masih memberitahu Rio, bahwa ketika Rio men-sharenya kepada satu orang saja, dan
orang itu mau meniru Rio, maka itu sudah merupakan kebaikan berganda.
“Rio lihatlah sekeliling Rio. Rio kan manager. Ada anak buah kan? Nah, lihat mereka. Masa tega
melihat anak buah Rio abadan abadaa menjadi buruh panggul, kuli checker barang, office boy?
Angkat mereka. Angkat derajat mereka dengan mengeluarkan amal-amal yang selama ini
tersembunyi hanya milik Rio saja. Biarpun keutamaan seseorang bukan terletak di harta dan
kedudukan, rasanya seorang muslim pun harus hidup mulia. Adalah hebat bila seorang office boy
muslim bisa qana’ah dengan rizkinya sebagai seorang office boy. Tambah hebat lagi bila ia tetap
bersyukur dan bersabar, hidup tanpa mengeluh, dan enjoy saja. Namun toh kita akan lebih senang lagi jika ada seorang office boy kemudian menjelma menjadi bos besar, yang kerjaannya
memergikan haji orang lain, mengumrahkan karyawan-karyawannya saban bulan belasan hingga puluhan orang, membahagiakan orang tuanya. Sementara office boy itu seperti Mas Rio, tetap tawadhu’, bersabar dalam kesenangan dan kekayaannya, dan istiqamah dalam ibadah dan amalanamalan sunnahnya. Berubahlah Rio, menjadi da’i. Menjadi seorang yang senantiasa mengajak orang untuk kebaikan. Jangan berubah sendirian. Ubah juga yang lain. Dan pengalaman sendiri yang diceritakan, terkadang malah lebih bertenaga dan memiliki spirit lebih.
Bila banyak wong cilik di sekitar Rio yang bisa mengikuti jejak Rio, bukan tidak mungkin kehidupan mereka juga berubah, meningkat, maju.
Lihat juga sekeliling kita di rumah, di keluarga, di kerabat. Tidak salah kita memberi mereka uang.
Bagus sekali malah. Tidak salah kita memberi mereka kesempatan bekerja. Tidak salah. Bagus sekali malah. Namun, memberi mereka “rahasia kecil” kita juga baik. Memotivasi mereka. Kita memberi, sambil menunjukkan jalan kepada mereka supaya mereka bisa lebih baik dari kita.
Segala amal memang bukan segalanya. Kehendak Allah lah yang segalanya. Kita naik derajat bukan karena sebab amal kita. Tapi karena Allah memang berkehendak. Namun, menjalani seruan-Nya; menegakkan yang wajib, menghidupkan yang sunnah, yang di antaranya adalah membaca al Qur’an (membaca al Waaqi’ah termasuk membaca al Qur’an, web admin), adalah juga sebuah keutamaan yang bertaburan pahala dan kebaikan. Bertaburan Janji-Janji Allah akan perubahan hidup, perbaikan hidup, kejayaan, kemuliaan, dan kemudahan hidup. Selain surga, ampunan, dan rahmat Allah tentunya”.
Rio bertanya kecil kepada si ustadz, “Ketika saya bercerita kepada seseorang yang lain, itu tidak
termasuk riya ya?”
Nah, menyikapi pertanyaan kecil Rio ini, dan berangkat dari penjelasan yang terkandung di tulisan
ini, what do you think? Apa pendapat Saudara semua? Saya tunggu ulasan menariknya di modul
yang sudah disiapkan, sebelum kemudian meneruskan ke Case no. 5. Saudara bisa memberi contohcontoh
yang lain. Selamat menulis dan berdiskusi ya.
Salam
http://pejuangikhlas.wordpress.com/2009/06/03/case-4-sharingberbagi-atau-riya/
No comments:
Post a Comment