blis berkata: Demi kekuasaan Engkau, aku akan menyesatkan mereka semuanya. Kecuali hamba-hambaMu yang mukhlis (berserah kepada Allah) di antara mereka.
(QS: Shaad 38:82-83)
“Aku pasrah”. “Aku redha”. “Aku berserah”.
Ungkapan yang sering kita lafazkan apabila sesuatu takdir telah menimpa diri kita. Namun sejauh mana kita benar-benar berserah dengan takdir yang menimpa itu? Adakah ia sekadar di bibir tetapi tidak sampai ke jiwa kita ungkapan pasrah, redha dan berserah.
Ketahuilah bahawa Iblis tidak mampu menyesatkan kita bilamana kita menjadi hamba yang berserah. Kita wajib berserah di dalam setiap perkara yang kita lakukan. Malah jika jiwa tidak benar-benar berserah pada Allah SWT di dalam solat, pasti khusyuk solat gagal dimiliki. Apatahlagi jika kita tidak berserah di dalam seluruh kehidupan kita. Bagaimana kita akan menghadapi sakaratul maut di dalam keadaan tidak berserah pada Allah SWT.
Namun kebanyakan kita tidak mampu mengetahui apakah yang akan berlaku di masa hadapan kecuali mereka yang benar-benar dekat dengan Allah SWT. Maka seharusnya kita mesti menjadi orang yang dekat dengan Allah untuk mendapat ilham rasa mengetahui sesuatu di masa hadapan kita. Apabila kita dekat dengan Allah SWT, Allah SWT akan mengilhamkan kita dengan taqwa sehingga kita dapat mengetahui getaran rasa dengan jelas sesuatu yang akan berlaku di masa hadapan kita.
Bagaimana untuk dekat dengan Allah SWT? Kita perlu berserah. Lalu persoalannya bagaimana untuk berserah?
Doalah seperti doa solat istikharah. Ia sesekali tidak membuatkan diri kita berfikir negatif dengan menyebutkan ‘jika sesuatu itu gagal’ tetapi kita berserah pada Allah seandainya sesuatu itu tidak memberikan kebaikan kepada diri kita, maka kita redha, pasrah dan berserah kepada Allah untuk sesuatu yang lebih baik.
Doa solat istikharah:
“Ya Allah, sesungguhnya aku meminta pilihan yang tepat kepadaMu dengan ilmu pengetahuanMu dan aku mohon kekuasaanMu (untuk mengatasi persoalanku) dengan kemahakuasaanMu.
Aku mohon kepadaMu sesuatu daripada anugerahMu Yang Maha Agung, sesungguhnya Engkau Maha Kuasa sedang aku tidak berkuasa. Engkau mengetahui sedang aku tidak mengetahui dan Engkau adalah Maha Mengetahui hal yang ghaib.
Ya Allah, apabila Engkau mengetahui bahwa urusan ini (di sini, orang yang mempunyai hajat hendaknya menyebutkan persoalannya) adalah baik untuk agamaku, kehidupanku, dan akibatnya terhadap diriku, di dunia atau akhirat, maka takdirkanlah untukku, mudahkan jalannya, kemudian berikanlah keberkatan.
Akan tetapi apabila Engkau mengetahui bahwa persoalan ini berbahaya bagiku dalam agamaku, kehidupanku dan akibatnya terhadap diriku, maka jauhkanlah persoalan tersebut dariku dan jauhkanlah aku darinya, takdirkan kebaikan untukku di mana pun ia berada, kemudian berilah kerelaanMu kepadaku”
(HR. al-Bukhari)
==
Secara ringkasnya, kita akan lebih redha, pasrah dan berserah apabila:
1. Kita memohon agar Allah SWT makbulkan sesuatu yang kita minta jika ia memberikan kebaikan untuk agama, kehidupan dan akibatnya untuk diri kita, keluarga kita, sahabat kita dan lain-lain.
2. Kita memohon agar Allah SWT jauhkan kita dengan sesuatu yang kita minta jika ia memberikan bahaya atau keburukan untuk agama, kehidupan, diri kita, keluarga kita, sahabat kita dan lain-lain.
Maka jika sesuatu itu tidak dimakbulkan, kita telah awal-awal lagi bersedia bahawasanya apa yang kita minta itu tidak memberikan kebaikan untuk agama, kehidupan dan akibatnya untuk diri kita, keluarga kita, sahabat kita dan lain-lain, kita akan lebih redha, pasrah dan berserah.
Ingatlah sekali lagi firman Allah SWT:
Iblis berkata: Demi kekuasaan Engkau, aku akan menyesatkan mereka semuanya. Kecuali hamba-hambaMu yang mukhlis (berserah kepada Allah) di antara mereka.
(QS: Shaad 38:82-83)
source
Friday, 9 October 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment